Selamat datang di blog SRIGALA BISNIS....


Tulisan-tulisan ini, pada dasarnya hanyalah sebuah wacana tentang banyak hal, tanpa dibatasi oleh topik tertentu, meskipun judul blog ini adalah SRIGALA BISNIS namun bukan berarti kita membicarakan tentang BISNIS SRIGALA.
SRIGALA BISNIS hanyalah sebuah sebutan yang saya pilih agar mudah diingat oleh para pembaca,

Semoga tulisan-tulisan dan foto-foto di blog ini dapat memberi masukan atau setidaknya menjadi sebuah koreksi kecil bagi siapa saja yang membutuhkannya... Amin.

Sabtu, 26 Februari 2011

MANAGEMENT KONFLIK, Merubah Hal Negative Menjadi Hal Positif

MANAGEMENT KONFLIK, Merubah Hal Negative Menjadi Hal Positif

Oleh Berlin A. Gulo, SH

Latar Belakang


Kondisi Negara kita saat ini sangat memprihatinkan. Setelah era reformasi dan kebebasan berdemokrasi lahir di Negara kita, semakin banyak saja masalah yang timbul silih berganti. Masayarakat yang dulu sepertinya buta terhadap era kebebasan berpendapat justru kini semakin liar dan lantang meneriakkan aspirasi tanpa takut. Demokrasi yang lahir dari reformasi dianggap sebagai “legalitas” untuk bertindak anarki bagi semua orang. Lantas, tidak salah jika kita menyebutnya sebagai “era demokrasi kebablasan”.


Gejolak yang timbul tentunya akan menimbulkan terjadinya konflik kepentingan. Perbedaan pendapat, latar belakang, persepsi, tolak ukur, akan menjadi sebuah alasan terjadinya konflik. Namun, jika kita mampu melakukan management konflik yang baik maka konflik tersebut tidak akan hanya membawa efek negative namun bisa menjadi sebuah momentum untuk lahirnya suatu perbaikan yang diinginkan orang banyak.


Konflik ditinjau dari pandangan umum


Banyak definisi tentang konflik yang diberikan oleh ahli manajemen. Hal ini tergantung pada sudut tinjauan yang digunakan dan persepsi para ahli tersebut tentang konflik dalam organisasi. Namun, di antara semua pengertian yang berbeda itu nampak ada suatu kesepakatan, bahwa konflik dilatarbelakangi oleh adanya ketidakcocokan atau perbedaan dalam hal nilai, tujuan, status, dan budaya. Definisi di bawah ini menunjukkan perbedaan-perbedaan dimaksud.

Terlepas dari faktor-faktor yang melatarbelakanginya, konflik merupakan suatu gejala dimana individu atau kelompok menunjukkan sikap atau perilaku “bermusuhan” terhadap individu atau kelompok lain, sehingga mempengaruhi kinerja dari salah satu atau semua pihak yang terlibat.

Konflik muncul karena ada kondisi yang melatar - belakanginya (antecedent conditions). Kondisi tersebut, yang disebut juga sebagai sumber terjadinya konflik, terdiri dari tiga ketegori, yaitu: komunikasi, struktur, dan variabel pribadi.
Melakukan Management Konflik Di Dalam Lingkungan Organisasi

Para manajer sebuah perusahaan menghabiskan banyak waktu dan energi untuk menangani konflik. Upaya penanganan konflik sangat penting dilakukan, karena setiap jenis perubahan dalam suatu organisasi cenderung mendatangkan konflik. Di samping itu, jika konflik tidak ditangani secara baik dan tuntas, maka akan mengganggu keseimbangan sumberdaya, dan menegangkan hubungan antara orang-orang yang terlibat. Menurut Gibson, et al. (1997), kegagalan dalam menangani konflik dapat mengarah pada akibat yang mencelakakan. Konflik dapat menghancurkan organisasi melalui penciptaan dinding pemisah di antara rekan sekerja, menghasilkan kinerja yang buruk, dan bahkan pengunduran diri.

Para manajer di dalam sebuah organisasi publik harus menyadari bahwa karena konflik disebabkan oleh faktor-faktor yang berlainan, maka model yang digunakan dalam pengelolaan konflik juga berlainan, tergantung keadaan. Memilih sebuah model pemecahan konflik yang cocok tergantung pada beberapa faktor, termasuk alasan mengapa konflik terjadi, dan hubungan khusus antara pimpinan dengan pihak yang terlibat konflik. Menurut Greenhalgh (1999), efektivitas pimpinan organisasi dalam menangani konflik tergantung pada seberapa baik mereka memahami dinamika dasar dari konflik, dan apakah mereka dapat mengenali hal-hal penting yang terdapat dalam konflik tersebut.


Beberapa model teoretis dalam mengelola konflik yang dikemukakan oleh para ahli manajemen dan perilaku organisasi adalah :

Model Diagnosis Konflik Pandangan Kontinum dari Leonard Greenhalgh

Menurut Greenhalgh (1999:391), konflik bukanlah suatu fenomena yang obyektif dan nyata, tetapi ia ada dalam benak orang-orang yang terlibat dalam konflik tersebut. Karena itu untuk menangani konflik, seseorang perlu bersikap empati, yaitu memahami keadaan sebagaimana yang dilihat oleh para pelaku penting yang terlibat konflik. Unsur yang penting dalam manajemen konflik adalah persuasi, dan inilah bentuk penyelesaian konflik yang selalu ditekankan oleh Greenhalgh dalam model kontinumnya.


Lima Gaya Penanganan Konflik (Five Conflict-Handling Styles) dari Kreitner dan Kinicki


Model ini ditujukan untuk menangani konflik disfungsional dalam organisasi. Dalam model ini digambarkan lima gaya penanganan konflik dimana sisi pemecahan masalah yang berorientasi pada orang lain (concern for others), dan pada sumbu horizontal menggambarkan sisi pemecahan masalah yang berorientasi pada diri sendiri (concern for self). Kombinasi dari kedua variabel ini menghasilkan lima gaya penanganan masalah yang berbeda, yaitu: integrating, obliging, dominating, avoiding, dan compromising.

Integrating (Problem Solving). Dalam gaya ini pihak-pihak yang berkepentingan secara bersama-sama mengidentifikasikan masalah yang dihadapi, kemudian mencari, mempertimbangkan dan memilih solusi alternatif pemecahan masalah. Gaya ini cocok untuk memecahkan isu-isu kompleks yang disebabkan oleh salah paham (misunderstanding), tetapi tidak sesuai untuk memecahkan masalah yang terjadi karena sistem nilai yang berbeda. Kelemahan utamanya adalah memerlukan waktu yang lama dalam penyelesaian masalah.

Obliging (Smoothing). Sesuai dengan posisinya dalam gambar di atas, seseorang yang bergaya obliging lebih memusatkan perhatian pada upaya untuk memuaskan pihak lain daripada diri sendiri. Gaya ini sering pula disebut smothing (melicinkan), karena berupaya mengurangi perbedaan-perbedaan dan menekankan pada persamaan atau kebersamaan di antara pihak-pihak yang terlibat. Kekuatan strategi ini terletak pada upaya untuk mendorong terjadinya kerjasama. Kelemahannya, penyelesaian bersifat sementara dan tidak menyentuh masalah pokok yang ingin dipecahkan.

Dominating (Forcing). Orientasi pada diri sendiri yang tinggi, dan rendahnya kepedulian terhadap kepentingan orang lain, mendorong seseorang untuk menggunakan taktik “saya menang, kamu kalah”. Gaya ini sering disebut memaksa (forcing) karena menggunakan legalitas formal dalam menyelesaikan masalah. Gaya ini cocok digunakan jika cara-cara yang tidak populer hendak diterapkan dalam penyelesaian masalah, masalah yang dipecahkan tidak terlalu penting, dan waktu untuk mengambil keputusan sudah mepet. Tetapi tidak cocok untuk menangani masalah yang menghendaki partisipasi dari mereka yang terlibat. Kekuatan utama gaya ini terletak pada minimalnya waktu yang diperlukan. Kelemahannya, sering menimbulkan kejengkelan atau rasa berat hati untuk menerima keputusan oleh mereka yang terlibat.

Avoiding. Taktik menghindar (avoiding) cocok digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sepele atau remeh, atau jika biaya yang harus dikeluarkan untuk konfrontasi jauh lebih besar daripada keuntungan yang akan diperoleh. Gaya ini tidak cocok untuk menyelesaikan masalah - malasah yang sulit atau “buruk”. Kekuatan dari strategi penghindaran adalah jika kita menghadapi situasi yang membingungkan atau mendua (ambiguous situations). Sedangkan kelemahannya, penyelesaian masalah hanya bersifat sementara dan tidak menyelesaikan pokok masalah.

Compromising. Gaya ini menempatkan seseorang pada posisi moderat, yang secara seimbang memadukan antara kepentingan sendiri dan kepentingan orang lain. Ini merupakan pendekatan saling memberi dan menerima (give-and-take approach) dari pihak-pihak yang terlibat.Kompromi cocok digunakan untuk menangani masalah yang melibatkan pihak-pihak yang memiliki tujuan berbeda tetapi memiliki kekuatan yang sama. Misalnya, dalam negosiasi kontrak antara buruh dan majikan. Kekuatan utama dari kompromi adalah pada prosesnya yang demokratis dan tidak ada pihak yang merasa dikalahkan. Tetapi penyelesaian konflik kadang bersifat sementara dan mencegah munculnya kreativitas dalam penyelesaian masalah.


Model-model di atas sudah barang tentu hanya merupakan sebagain saja dari banyak model yang dapat dipilih dalam manajemen konflik. Model apapun yang dipilih akan tergantung pada beberapa faktor, antara lain: (1) latar belakang terjadinya konflik; (2) kategori pihak-pihak yang terlibat dalam konflik: apakah antar-individu, individu dengan kelompok, atau antar-kelompok dalam organisasi; (3) kompleksitas masalah yang akan dipecahkan; dan (4) kompleksitas organisasi.

Model - model Manajemen konflik akan bermuara pada bagaimana mengusahakan agar konflik berada pada situasi optimal, sehingga konflik tersebut dapat mencegah kemacetan, merangsang kreativitas, memungkinkan lepasnya ketegangan, dan memprakarsai benih-benih untuk perubahan. Robbins menjelaskan bahwa konflik itu baik bagi organisasi jika: (1) konflik merupakan suatu alat untuk menimbulkan perubahan; (2) konflik mempermudah terjadinya keterpaduan (cohesiveness) kelompok; (3) konflik dapat memperbaiki keefektifan kelompok dan organisasi; dan (4) konflik menimbulkan tingkat ketegangan yang sedikit lebih tinggi dan lebih konstruktif.

Tingkat konflik yang tidak memadai (terlalu rendah) atau terlalu berlebihan (konflik tinggi) dapat merintangi keefektifan organisasi untuk mencapai kualitas pelayanan publik yang tinggi. Kedua situasi ektrim ini dapat memunculkan sikap-sikap aparat yang apatis, absenteisme tinggi, bekerja seadanya, tidak empatik terhadap pengguna jasa, dan sebagainya; yang pada akhirnya akan memperendah kualitas pelayanan mereka kepada publik. Untuk itulah diperlukan suatu keahlian untuk mengelola konflik dari setiap pimpinan organisasi publik. Penggunaan berbagai teknik pemecahan dan motivasi untuk mencapai tingkat konflik yang diinginkan disebut sebagai manajemen konflik.


PENUTUP


Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa kualitas pelayanan publik dipengaruhi oleh tingkat konflik yang ada dalam organisasi. Faktor - faktor yang menjadi penentu tingginya kualitas pelayanan, misalnya: sikap responsif dan empatik dari para aparatur pemerintah akan sulit muncul jika di dalam organisasi terdapat tingkat konflik yang tinggi atau sebaliknya konflik yang terlalu rendah.

Sering kita temukan dalam setiap organisasi tentang adanya sikap pro dan kontra dalam memandang konflik. Ada pimpinan yang memandang konflik secara negatif dan mencoba untuk menghilangkan segala jenis konflik yang ada. Para pimpinan ini bersikeras bahwa konflik akan memecah-belah organisasi dan menghambat terciptanya kinerja yang optimal. Konflik memberikan indikasi tentang adanya suatu ketidakberesan dalam organisasi, dan adanya prinsip-prinsip atau aturanaturan yang tidak dilaksanakan dengan baik.

Pandangan yang berbeda terhadap konflik beranggapan bahwa konflik tidak mungkin dihindari. Semua bentuk ketidak - setujuan mengandung konflik, namun hal itu tidak perlu menimbulkan pertengkaran yang hebat. Para pimpinan yang setuju dengan pandangan ini berpendapat bahwa jika pihak-pihak yang berkonflik bersikap dewasa dan percaya diri, maka apapun masalah yang menjadi sumber konflik akan dapat diselesaikan dengan baik. Mereka ini percaya bahwa kinerja organisasi yang optimal memerlukan tingkat konflik yang optimal atau moderat. Tanpa konflik, akan ada rasa tidak memerlukan perubahan, dan perhatian tidak terfokus pada masalah. Karena itu yang dibutuhkan adalah bagaimana mengelola konflik sehingga konflik tersebut dapat dipertahankan pada tingkatan tertentu (optimal atau moderat) sehingga menimbulkan situasi kondusif dalam organisasi. Dengan demikian kualitas pelayanan yang diinginkan dapat tercapai.

Kunjungi Situs Resmi Kami :

DAFTAR PUSTAKA

De Cenzo, David A., dan Stephen P. Robbins, 1996. Human Resource Management. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Gibson, James L., et al., 1977. Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses. Alih bahasa oleh Adriani. Jakarta: Binarupa Aksara.
Greenhalgh, Leonard, 1999. “Menangani Konflik”. Dalam A.Dale Timpe, (Ed.), Memimpin Manusia. Alih bahasa oleh Sofyan Cikmat. Jakarta: PT.Gramedia.
Kreitner, Robert, dan Angelo Kinicki, 1995. Organizational Behavior. Chicago: Irwin.
Luthans, Fred, 1985. Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill Book Company.
Milkovich, George T., dan Milkovich Boudreau, 1977. Human Resource Management. Chicago: Irwin.
Miner, John B., et al., 1985. The Practice of Management. Toronto: A Bell & Howell Company.
Robbins, Stephen P., 1996. Organizational Behavior: Concepts,Controversies, and Applications. USA: Prentice-Hall International Editions.
Schermerhorn, John R., et al., 1982. Managing Organizational Behavior. New Yor: John Wiley &Sons, Inc.
Sikula, Andrew F., 1976. Personnel Administration and Human Resources Management. New York: John Wiley &Sons, Inc.
Stoner, James A.F., dan R. Edward Freeman, 1989. Management. USA: Prentice-Hall International Editions.
Werther, William B., dan Keith Davis, 1993. Human Resouces and Personnel Management. New York: McGraw-Hill International

Minggu, 20 Februari 2011

Analisa Pemberian Insentif Sales dan Pembagian Jasa Produksi Bagi Pegawai (Part II)

Lanjutan....
Tulisan Blog, Kamis, Tgl 27 Januari 2011
......................

Insentif akan berfungsi sebagai sebuah pelumas untuk dapat meningkatkan kualitas pegawai untuk dapat bekerja maksimal guna meningkatkan laba perusahaan. Tujuan pemberian insentif adalah untuk merangsang pegawai agar perusahaan memperoleh laba yang lebih besar. Dengan pemberian insentif diharapkan pegawai akan mau bekerja
lebih maksimal dan lebih baik.


Sementara Jasa Produksi, diberikan perusahaan kepada pegawai ketika kinerja telah mencapai hasil yang diharapkan dan melebihi target yang telah dibebankan.
Maka dapat dikatakan lebih jauh, bahwa tujuan dari pemberian insentif kepada pegawai adalah sebuah strategi yang dilakukan management perusahaan untuk meningkatkan kinerja pegawai yang akhirnya bermuara pada peningkatan laba perusahaan. Sementara pembagian Jasa Produkdi atau Bonus, tujuannya lebih ditekankan sebagai sebuah bentuk Loyalitas Perusahaan kepada pegawai. Sehingga nantinya melalui loyalitas perusahaan tersebut akan lahir loyalitas pegawai.

Starategi Pemberian Insentif di BNI

Di BNI, strategi pemberian insentif ini telah dilakukan melalui program Revitalisasi Sales. Dimana setiap sales yang ada di BNI akan dinilai berdasarkan kinerja dan hasil perolehan target yang dibebankan kepadanya. Semakin berhasilnya seorang sales mencapai target yang dibebankan maka semakin besar pula insentif yang diperolehnya. Pembayaran insentif ini dilakukan setiap periode yang diatur langsung oleh divisi terkait. Namun pada kenyataannya seluruh sales yang telah mendapat insentif sales justru tidak mendapatkan pembagian Jasa Produksi (Bonus) tahunan. Tradisi yang sangat ditunggu-tunggu pegawai setiap tahun ini seakan tidak berlaku lagi bagi seorang sales.


Tentunya kebijakan ini menuai polemik di antara pegawai. Sekalipun pada kenyataanya jumlah pembayaran insentif setiap sales jauh lebih besar dibandingkan jumlah bonus yang dibayarkan. Namun program ini seakan memutuskan benang merah hubungan loyalitas perusahaan dan loyalitas pegawai. Seharusnya guna menjaga loyalitas pegawai kepada perusahaan maka pegawai sales di BNI juga seharusnya tetap menerima hasil dari pembagian jasa produksi/Bonus tersebut.

Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk menyempurnakan program ini adalah :

1. Pemberian insentif ini seharusnya tidak dibatasi hanya kepada sales saja, namun kepada siapa saja pegawai yang berhasil secara nyata mampu meningkatkan kinerja perusahaan melalui peningkatan DPK Cabang atau KLN tempat dia bekerja. Sehingga jika ada pegawai yang berhasil membawa nasabah dengan total DPK yang signifikan akan tetap dihargai sekalipun posisinya bukan merupakan seorang sales. Revitalisasi sales mungkin efektif bagi peningkatan kinerja seorang sales. Tapi melalui metode pemberian insenteif bagi siapa saja yang mampu meningkatkan penjualan merupakan sebuah upaya memperluas tangan dengan memnjadikan seluruh pegawai adalah sales.

2. Setiap Sales tetap memperoleh hak untuk mendapatkan Jasa Produksi atau Bonus sama dengan pegawai lain. Sehingga tidak ada perbedaan dengan pegawai lain.
Perbaikan strategi guna menuju kesempurnaan mungkin tidak dapat diperoleh dalam waktu yang singkat tetapi harus melalui proses waktu yang mungkin tiada batasnya.


Upaya peningkatan kinerja perusahaan juga harus tetap sejalan dengan upaya menciptakan pegawai-pegawai yang loyal kepada perusahaan. Hubungan ini tidak dapat dipisahkan. Pegawai yang loyal akan melahirkan kinerja yang luar biasa. Sehingga peningkatan loyalitas pegawai kepada perusahaan juga akan menjadi prioritas utama jika BNI ingin tetap ada di bumu pertiwi ini dan menjadi bank kebanggaan bangsa.
..........................

Jumat, 18 Februari 2011

24 KATA-KATA MOTIVASI

1. Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Jangan pula tertarik kepada kekayaannya, karena kekayaan dapat musnah. Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah. Semoga kamu menemukan orang seperti itu.


2. Ada saat-saat dalam hidup ketika kamu sangat merindukan seseorang, sehingga ingin hati menjemputnya dari alam mimpi dan memeluknya dalam alam nyata. Semoga kamu memimpikan orang seperti itu.


3. Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.


4. Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang cukup untuk membuatmu baik hati, cobaan yang cukup untuk membuatmu kuat, kesedihan yang cukup untuk membuatmu manusiawi, pengharapan yang cukup untuk membuatmu bahagia dan uang yang cukup untuk membeli hadiah-hadiah.


5. Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi acapkali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.


6. Sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk berayun-ayun di beranda bersamamu, tanpa mengucapkan sepatah katapun, dan kemudian kamu meninggalkannya dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya.


7. Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita milik sampai kita kehilangannya, tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya.


8. Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain. Apabila hal itu menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu menyakitkan hati orang itu pula.


9. Kata-kata yang diucapkan sembarangan dapat menyulut perselisihan. Kata-kata yang kejam dapat menghancurkan suatu kehidupan. Kata-kata yang diucapkan pada tempatnya dapat meredakan ketegangan. Kata-kata yang penuh cinta dapat menyembuhkan dan memberkahi.


10. Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cinta menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan. Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan di dalam dia.


11. Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya.


12. Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dengan beberapa orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas karunia itu.


13. Hanya diperlukan waktu semenit untuk menaksir seseorang, sejam untuk menyukai seseorang dan sehari untuk mencintai seseorang tetapi diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang.


14. Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka.


15. Cinta adalah jika kamu kehilangan rasa, gairah, romantika dan masih tetap peduli padanya.


16. Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu dan mendapati pada akhirnya bahwa tidak demikian adanya dan kamu harus melepaskannya.


17. Cinta dimulai dengan sebuah senyuman, bertumbuh dengan sebuah ciuman dan berakhir dengan tetesan air mata.


18. Cinta datang kepada mereka yang masih berharap sekalipun pernah dikecewakan, kepada mereka yang masih percaya sekalipun pernah dikhianati, kepada mereka yang masih mencintai sekalipun pernah disakiti hatinya.


19. Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi yang lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan tidak pernah memiliki keberanian untuk mengutarakan cintamu kepadanya.


20. Masa depan yang cerah selalu tergantung kepada masa lalu yang dilupakan, kamu tidak dapat hidup terus dengan baik jika kamu tidak melupakan kegagalan dan sakit hati di masa lalu.


21. Jangan pernah mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba, jangan pernah menyerah jika kamu masih merasa sanggup jangan pernah mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.


22. Memberikan seluruh cintamu kepada seseorang bukanlah jaminan dia akan membalas cintamu! Jangan mengharapkan balasan cinta, tunggulah sampai cinta berkembang di hatinya, tetapi jika tidak, berbahagialah karena cinta tumbuh di hatimu.


23. Ada hal-hal yang sangat ingin kamu dengar tetapi tidak akan pernah kamu dengar dari orang yang kamu harapkan untuk mengatakannya. Namun demikian janganlah menulikan telinga untuk mendengar dari orang yang mengatakannya dengan sepenuh hati.


24. Waktu kamu lahir, kamu menangis dan orang-orang di sekelilingmu tersenyum – jalanilah hidupmu sehingga pada waktu kamu meninggal, kamu tersenyum dan orang-orang di sekelilingmu menangis

-----------
kutipan, http://terberita.blogspot.com/2011/01/24-kalimat-motivasi-terbaik.html

Kamis, 17 Februari 2011

INDONESIA, Sedang Sakit Keras!

Kasihan sekali pemerintah Negara ini. Urusan yang menumpuk dan saling menuntut
untuk segera diselesaikan seakan tiada henti menerkam pemerintah.


Situasi Negara yang masih berputar disekitar “cara hidup bermasyarakat” membuat Negara ini belum sanggup untuk melangkah lebih jauh. Seperti kearah menciptakan Perekonomian yang baik dan berkembang seperti Negara-negara maju.


President, DPR, MPR dan seluruh pejabat terpercaya seakan sulit untuk maju dan memikirkan hal-hal yang membawa Bangsa ini lebih dari kemarin. Mengapa begitu? Lihat saja, rapat dewan rakyat masih mempertanyakan format untuk menyelesaikan mafia pajak. Bapak President masih sibuk dengan situasi masyarakat yang semakin hari semakin anarkis. Jika diamati, sepertinya Negara ini sedang berjalan mundur kebelakang dimana SARA sekarang semakin sensitive terutama sejaka era Reformasi bergulir. Kebebasan yang saat ini dirasakan sebagai dampak reformasi seakan menjadi boomerang atau bom waktu. Sedihnya lagi, Bangsa kita saat ini sama dengan masa-masa dulu di saat kita sedang melakukan pencarian bentuk.


Nah, jangankan memikirkan perkembangan ekonomi yang maju seperti Negara lain. Situasi aman saja sudah tidak bisa kita pertahankan. Gampangnya main hakim sendiri seakan kita yang paling benar merupakan salah satu bukti kuat. Lihat saja berita di media, hampir setiap hari berisi tentang hal-hal kampungan, seperti : tawuran antar kampung, perang antar suku, bahkan berisi pertikaian agama yang dibuat-buat dan terkesan dipaksakan. Bukan hanya itu, kasus-kasus korupsi dan turunannya masih juga belum tuntas diselesaikan. Oh, sampai kapan ini selesai.


Tanpa disadari semua hal tersebut adalah salah satu factor utama mengapa perekonomian bangsa ini cenderung bergerak lambat jika dibandingkan Negara-negara lain.


Situasi Negara yang masih memfokuskan kepada unsur keamanan dan cara hidup yang baik, atau dengan kata lain, pemerintah masih harus mengajari masyarakatnya cara bermasyarakat yang baik. Bah, separah itukah Negara ini? Jangan heran, inilah kenyataan nya. Jangan bermimpi pihak pengusaha asing mau berinvestasi di Indonesia, pengusaha pribumi aja sudah mulai berfikir untuk pindah ke Negara lain yang lebih aman dan demokrasinya sudah berjalan dengan baik. Semua ini dikarenakan tidak adanya situasi yang kondusif di Indonesia.


Kalau kita kupas lebih dalam. Akar dari permasalahan Negara ini adalah kesadaran sebagai manusia belum ada. Sifat kehewanan membuat kita semakin serakah. Serakah dalam segala hal. Merasa diri kita atau kelompok kita yang paling benar. Sakit! Ya masyarakat ini sedang sekarat dan butuh amputasi jika ingin terus hidup.


Tidak ada salahnya jika saat ini banyak yang merindukan Suharto. Walau dulu kita merasa dia orang yang paling bersalah terhadap bangsa ini. Namun sekarang, kita mau tak mau rindu kepemimpinannya yang bertangan dingin. Buktinya dulu kita jarang sekali mendengar hal-hal yang saat ini justru telah menjadi konsumsi media. Semua seakan aman. Yang sok jago disikat. Lah, apa ini menandakan kita semua sudah gila? Merindukan kediktatoran yang dulu telah kita turunkan. Inilah tandanya bangsa ini masih akan begini-begini aja hingga beberapa tahun kedepan.


Baiklah! Daripada kita teruskan mungkin tulisan ini akan menjadi curhat. Cengeng! Kita simpulkan saja, untuk mengatasi situasi saat ini, pemerintah seharusnya melakukan hal-hal berikut :

• Bertindak tegas kepada oknum-oknum yang melakukan tindakan kekerasan yang meresahkan masyarakat.

• Keamanan harus dipulihkan kembali dengan menciptakan produk-produk hukum yang mampu membatasi tingkah laku menyimpang bangsa ini.

• Hukum tersebut nantinya akan menjadi kartu as buat para investor sekaligus menjadi jaminan untuk berinvestasi di Negara ini.

• Stop untuk mengurusi gossip atau hal-hal yang kurang perlu serta fokus terhadap kesejahteraan masyarakat karna kedamaian hanya akan diperoleh jika kesejahteraan telah dirasakan masyarakat.

• Fokus terhadap dunia pendidikan untuk menciptakan masyarakat yang beradap, adil dan makmur.

• Tanamkan kembali Pancasila dan Ke-bhineka tunggal ika.

• Banyak berdoa dan sadar bahwa kita semua ini hanya manusia biasa.



Ini hanya saran. Bukan menggurui. Kita semua sadar bahwa penonton akan lebih mahir ketimbang para pemain. Nah, wajar jika kita lebih tahu komentar ketika melihat hal-hal yang menurut kita tidak pas.


Demikianlah tulisan opini ini. Soalnya membahas ekonomi dan bisnis tidak akan sukses jika Negara ini masih begini. Iya kan?

Rabu, 09 Februari 2011

IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI ORGANISASI PERUSAHAAN

IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI ORGANISASI PERUSAHAAN

TUGAS MATA KULIAH
MANAGEMEN STRATEGI

OLEH : BERLIN ANTO GULO, SH
NIM. 20097007039
FAKULTAS PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAGEMENT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011



PENDAHULUAN


Di dalam perkembangan organisasi sebuah perusahaan akan tidak lepas dari pengaruh internal dan eksternal perusahaan. Secara umum kebijakan management dalam menentukan arah perusahaan juga akan sangat ditentukan oleh lingkungan perusahaan.

Kondisi lingkungan perusahaan ini akan secara tidak langsung membantu management untuk mengindentifikasi langkah apa yang akan ditempuh untuk menjalankan strategi perusahaan.

Secara garis besar sebuah perusahaan akan dipengaruhi oleh lingkungan perusahaan dimana lingkungan tersebut dapat dibagi kedalam dua bagian besar yaitu :
I. Lingkungan Eksternal Perusahaan
II. Lingkungan Internal Perusahaan.


LINGKUNGAN EKSTERNAL PERUSAHAAN

Lingkungan eksternal sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar lagi yakni lingkungan yang sifatnya umum dan lingkungan industri. Berikut uraian mengenai kedua hal tersebut.

1) Lingkungan umum

Lingkungan umum adalah suatu lingkungan dalam lingkungan eksternal organisasi yang menyusun faktor-faktor yang memiliki ruang lingkup luas dan faktor-faktor tersebut pada dasarnya berada di luar dan terlepas dari operasi perusahaan.
Lingkungan ini hanya memiliki sedikit dampak implikasi langsung bagi pengaturan suatu organisasi. Namun tetap mampu mempengaruhi kebijakan strategi dari organisasi perusahaan. Faktor-faktor lingkungan umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a) Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi ini meliputi pertumbuhan ekonomi suatu Negara dan hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi secara makro seperti : inflasi, kebijakan pemerintah, dan lain-lain. Namun pada kenyataannya factor ini akan berkembang dan berimbas kepada ekonomi mikro yang lebih spesifik, seperti :
• Para pesaing perusahaan sejenis atau sering disebut perusahaan Kompetitor
• Langganan (Costumers)
• Pasar tenaga kerja, organisasi memerlukan karyawan dengan bermacam-macam keterampilan
• Lembaga Keuangan
• Supplies (Pemasok bahan baku)
• Perwakilan pemerintah, hubungan organisasi dengan perwakilan pemerintah dengan kompleks

Melihat uraian tersebut, maka factor ekonomi suatu Negara secara global juga akan mempengaruhi kebijakan perusahaan dalam menentukan arah dan langkah perusahaan.

b) Faktor Sosial dan Politik

Perkembangan strata social kemasyarakatan disuatu daerah akan mempengaruhi organisasi perusahaan. Perkembangan politik Negara yang secara tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan ekonomi merupakan factor yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Organisasi perusahaan akan cenderung mengikuti perkembangan social politik yang terjadi guna antisipasi terhadap berlangsungnya stabilitas dan kebijakan di dalam organisasi perusahaan

c) Faktor Peraturan dan Undang-undang (Faktor Hukum)

Kepastian hukum di dalam suatu Negara merupakan moment yang sangat mempengaruhi pelaku pasar. Kebijakan Negara yang dituangkan dalam Peraturan Perundang-Undangan secara tidak langsung akan menentukan arah strategi perusahaan. Kepastian hukum merupakan factor yang tidak bisa ditawar dan pasti akan sangat mempengaruhi sebuah perusahaan.

d) Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga akan memberikan perubahan terhadap kebijakan perusahaan. Efisiensi pada saat melakukan produksi dan distribusi juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin berkembangannya hal ini maka secara tidak langsung akan menuntut management perusahaan untuk memilih yang terbaik bagi kepentingan perusahaan.

e) Faktor Demografi

Faktor tempat dan situasi alam juga tentunya tidak bisa dipisahkan. Kondisi alam dan tata letak perusahaan yang berkaitan dengan alam akan membutuhkan kebijakan yang harus sesuai guna menanggulangi ancaman yang berasal dari lingkungan dan alam.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa lingkungan umum tersebut adalah sekumpulan elemen-elemen dalam masyarakat yang lebih luas yang mempengaruhi suatu industri dan perusahaan-perusahaan yang ada di dalamnya.

2) Lingkungan Industri

Lingkungan industri adalah serangkaian faktor-faktor yang merupakan ancaman dari pelaku bisnis baru, supplier, pembeli, produk pengganti, dan intensitas persaingan di antara para pesaing yang secara langsung mempengaruhi perusahaan.
Secara singkat, dapat disimpulkan bahwa Lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal organisasi yang menghasilkan komponen-komponen yang secara normal memiliki dampak yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasional perusahaan.

Kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi persaingan industri sebagai berikut :
a) Ancaman Masuknya Pendatang Baru
b) Tingkat Rivalitas Di Antara Para Pesaing yang ada
c) Tekanan dari Produk Pengganti
d) Kekuatan Tawar Menawar Pembeli (Substitusi)
e) Kekuatan Tawar Menawar Pemasok

Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengetahui ancaman dan peluang. Ancaman adalah suatu kondisi dalam lingkungan umum yang dapat menghambat usaha-usaha perusahaan untuk mencapai daya saing strategis. Sedangkan peluang adalah kondisi dalam lingkungan umum yang dapat membantu perusahaan mencapai daya saing strategis.

Proses yang dilakukan secara kontiniu untuk melakukan analisis lingkungan eksternal adalah dengan melakukan beberapa cara yaitu :

1. Pemindaian (scanning)

Melalui pemindaian perusahaan mengidentifikasi tanda-tanda awal dari perubahan potensial dalam lingkungan umum, dan mendeteksi perubahan-perubahan yang sedang t erjadi. Pemindaian lingkungan merupakan hal penting dan menentukan bagi perusahaan- perusahaan yang bersaing dalam lingkungan yang sangat tidak stabil. Dengan cara ini maka perusahaan dapat meramalkan potensi pasar kedepannya, kaitannya terhadap penetapan target perusahaan terhadap penjualan sebuah produk.

2. Pengawasan (monitoring)

Melalui pengawasan perusahaan mendeteksi perubahan dan trend-trend lingkungan melalui pengawasan yang berkelanjutan. Kritikal bagi pengawasan yang berhasil adalah kemampuan untuk mendeteksi makna dalam peristiwa-peristiwa lingkungan yang berbeda.

3. Peramalan (forecasting)

Pada peramalan, analis mengembangkan proyek-proyek yang layak tentang apa yang mungkin terjadi, dan seberapa cepat, perubahan-perubahan dan trend-trend itu dideteksi melalui pemindaian dan pengawasan.

4. Penilaian (assessing)

Tujuan penilaian adalah untuk menentukan waktu dan signifikansi efek-efek dari perubahan- perubahan dan trend-trend lingkungan terhadap manajemen strategis suatu perusahaan. Selangkah lebih maju tujuan penilaian adalah untuk menspesifikasi implikasi pemahaman tersebut pada organisasi. Tanpa penilaian perusahaan dibiarkan dengan data-data yang menarik, tapi tidak diketahui relevansi kompetitiifnya.


KESIMPULAN

Definisi yang populer mengidentifikasi lingkungan sebagai segala sesuatu yang berada di luar batas organisasi. Biasanya dikaitkan dengan faktor di luar organisasi itu sendiri. Secara garis besar sebuah perusahaan akan dipengaruhi oleh lingkungan perusahaan dimana lingkungan tersebut dapat dibagi kedalam dua bagian besar yaitu :
a. Lingkungan Eksternal
b. Lingkungan Internal

Lingkungan Eksternal itu kemudian dapat dibagi juga kepada dua bagian besar yaitu : Lingkungan Eksternal Umum dan Lingkungan Eksternal Khusus. Pembagian ini terletak dari jauh dekatnya pengaruh yang ditimbulkan kepada organisasi perusahaan. Pada lingkungan eksternal umum mencakup beberapa aspek seperti : ekonomi, social, politik, hukum dan demografi. Seluruhnya merupakan kebijakan ekonomi makro yang nantinya akan mengerucut menjadi ekonomi mikro.

Pengaruh hal-hal tersebut terhadap organisasi perusahaan akan sangat signifikan terutama dalam menjalan arah perusahaan guna mengatasi masalah yang mungkin timbul dari factor eksternal tersebut. Sementara factor lingkungan eksternal industry, lebih ditekankan pada aspek yang lahir dari hubungan antara perusahaan competitor yang mengakibatkan perkembangan pasar akan terus bergerak dinamis dan pergerakan ini akan mau tak mau diikuti perusahaan dalam rangka menguasai dan mempertahankan pasar yang dimilikinya. Factor eksternal industry ini akan melahirkan kebijakan perusahaan dalam menyiasati perkembangan pasar dan keinginan konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Hitt, Michael A, R. Duane Ireland, and Robert E.Hoskisson (2005). Strategic Management-Competitiveness and Globalization. Thomson International Student Edition USA (Hitt et al)
Pearce II, John.A and Richard B. Robinson (2003). Strategic Management-Formulation, Implementation and Control. Mc Graw-Hill International edition. USA (P and R)





Senin, 07 Februari 2011

Malaysia Terancam Jadi Negara Miskin, apa iya?

Ini hanya opini, reaksi yang timbul dari ulasan media.

Koran Harian Tribun Medan, Minggu 06 Februari 2011,
Head Line : Malaysia terancam jadi negara miskin,

....
Koran hari ini menyesatkan, Malaysia di prediksikan akan Bangkrut karena utang yang banyak.

Sepintas mungkin dapat dikatakan bahwa judul ini banyak menarik perhatian masyarakat. Mungkin dikarenakan hubungan kedua negara yang kurang akur menjadikan sensitifitas pemberitaan sangat cepat direspon masyarakat. Bisa dikatakan trik media yang mengangakat Head Line tersebut patut diacungi dua jempol.

Namun kenyataanya,tidak seperti yang tertulis di Head Line. Momentum yang kita rasakan berbeda ketika isi berita kita baca sampai habis. Dimana isinya justru membuat kita sadar betapa kaya dan hebatnya Malaysia. Penyajian data-data perusahaan dan proyek-proyek yang mereka miliki dan sedang berjalan di Indonesia justru mencengankan banyak orang yang notabene belum semua tahu akan hal tersebut.

Isi pemberitaan ini justru secara samar membersitkan anggapan bahwa betapa bodohnya negara kita. Dimana fakta tersebut menceritakan eksploitasi habis-habisan yang telah dilakukan oleh Malaysia. Sayangnya, apa mungkin pemerintah tidak sadar akan hal ini?

Ulasan yang disajikan Harian Tribun Medan, 5 Feb 2010, dengan menyajikan data-data yang menurut saya sangat akurat justru menjadikan kita sadar akan kecilnya martabat bangsa ini. Sebut saja salah satu contohnya, jumlah lahan kelapa sawit milik investor Malaysia di Sumatera Utara mencapai 50.000 hektar. Hal ini masih sebagian kecil dari fakta yang ada. Bahkan saat ini, perusahaan-perusahaan milik Malaysia sudah tumbuh subur dan diminati oleh masyarakat Indonesia. Mungkin kita akan sama-sama bertanya :"kemana para investor kita selama ini?"



Berdasarkan data-data pertumbuhan ekonomi Malaysia, maka dikatakan bahwa perekonomian Malaysia akan tampil prima hingga beberapa puluh tahun kedepan. Ekspansi yang mereka lakukan ke negara-negara tetangga seakan "menggaransi" bahwa perekonomian Malaysia akan tetap tumbuh subur dan menggurita. Jika situasi tahun-tahun yang akan datang sama dengan saat ini.



Seandainya Malaysia bangkrut, Apakah Indonesia akan terkena imbas nya?
Jawabanya IYA.
Walaupun mungkin tidak terlalu signifikan terhadap laju inflasi atau pertumbuhan ekonomi negara kita. Namun satu reaksi yang pasti akan timbul adalah : Hilangnya pendapatan negara yang angkanya juga luar biasa. Bagi masyarakat awam, mungkin hanya bertanya "kemana para TKI kita akan dilemparkan?" Padahal itu hanya sebagian kecil dari imbas yang akan kita peroleh.

Ini hanya opini, reaksi yang timbul dari ulasan media. Kesimpulan yang bisa kita ambil setelah membaca berita Koran Harian Tribun Medan, Minggu 06 Februari 2011, Head Line : Malaysia terancam jadi negara miskin, adalah.....

"ini hanya merupakan sebuah Fakta yang menunjukkan betapa Perkasanya mereka, dimana mampu meniduri ibu pertiwi dengan restu para pejabat."
Sakit!