Selamat datang di blog SRIGALA BISNIS....


Tulisan-tulisan ini, pada dasarnya hanyalah sebuah wacana tentang banyak hal, tanpa dibatasi oleh topik tertentu, meskipun judul blog ini adalah SRIGALA BISNIS namun bukan berarti kita membicarakan tentang BISNIS SRIGALA.
SRIGALA BISNIS hanyalah sebuah sebutan yang saya pilih agar mudah diingat oleh para pembaca,

Semoga tulisan-tulisan dan foto-foto di blog ini dapat memberi masukan atau setidaknya menjadi sebuah koreksi kecil bagi siapa saja yang membutuhkannya... Amin.

Selasa, 07 September 2010

MALAYSIA vs INDONESIA, Perang Bisnis!

Oleh Berlin Anto Gulo, SH

Hubungan antara Indonesia dan Malaysia semakin meruncing. Perselisihan perbatasan dan harga diri kebangsaan jadi sebuah masalah yang mungkin membuat sifat nasionalisme menjadi berkobar-kobar. Masyarakat merasa bahwa Malaysia telah menginjak-injak marwah dan martabat bangsa ini. Berbagai masalah yang sepertinya dibuat-buat membuat gejolak Anti Malaysia semakin kuat di bumi pertiwi ini.
Sikap pemerintah yang “Colling Down” membuat geram semua orang, seakan-akan takut melihat taring Malaysia yang mungkin tidak sekuat yang dibayangkan. Belum lagi tulisan di salah satu blog yang menyajikan plesetan lagu Indonesia Raya seakan menambah daftar dosa Malaysia dimata masyarakat Indonesia.

Perusahaan Malaysia di Indonesia

Mungkin tidak semua orang tahu bahwa Bisnis Malaysia di Indonesia memang luar biasa, mereka memanfaatkan jumlah penduduk 237 juta jiwa ini menjadi sebuah lahan pasar yang potensial. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya perusahaan raksasa Malaysia yang meraup keuntungan dari negeri ini. Beberapa diantaranya adalah : PETRONAS (Minyak), CIMB NIAGA (Perbankan), AIR ASIA (Pesawat), SIME DARBY (Perkebunan), PROTON (Mobil), BII dan banyak lagi perusahaan gelap yang diam-diam mengeksploitasi bangsa ini.

Sementara penduduk Malaysia yang hanya 27 juta jiwa hanya menjadi lahan pengiriman TKI bagi bangsa ini. Lantas, apa yang menjadikan pemerintah kita begitu berhati-hati dalam mengambil sikap terhadap Malaysia? Sementara jika dilihat dari aspek bisnis kita justru telah banyak memberikan peluang bagi mereka untuk merasakan nikmat mencari nafkah di negeri ini.

Perang Bisnis

Jika seandainya terjadi perang antara Indonesia dan Malaysia maka mungkin yang paling dirugikan dari aspek bisnis adalah Malaysia. Semua pundi-pundi penghasil uang yang ditempatkan di Indonesia tidak akan dapat berjalan lurus. Hasilnya akan terjadi kerugian yang mungkin dapat membuat mereka berfikir seribu kali untuk bertindak tidak sopan terhadap bangsa ini.

Indonesia mungkin hanya akan memikirkan para TKI yang ada di sana. Solusinya paling jitu adalah dengan menyiapkan perusahaan yang akan mempekerjakan mereka ketika kembali ke tanah air. Atau mungkin bisa mencari Negara alternative lain, yang mungkin lebih bersikap sopan dan menghargai bangsa ini.

Perang mungkin tidak diharapkan semua orang karena tidak ada perang yang tidak membawa korban. Kekuatan senjata dan mata peluru tidak akan mengenal lawan dan kawan. Lantas, wajar, jika pemerintah kita terkesan terlalu banyak pertimbangan untuk bertindak tegas terhadap Malaysia. Pemerintah tidak ingin kekerasan menjadi solusi yang mungkin tidak tepat dan justru akan menjadi sebuah boomerang bagi nama baik Indonesia di mata dunia international.

Mungkin jalan terbaik adalah melakukan perang bisnis. Pemerintah dan seluruh masyarakat yang peduli dengan bangsa ini harus saling bergandeng tangan untuk menunjukkan kepada Malaysia bahwa bangsa ini sangat besar dan tidak bisa dipandang sebelah mata. Perang yang dilakukan adalah dengan tidak menggunakan produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan Malaysia.

Selama ini, mobil dan motor yang yang ada di Indonesia masih saja menggunakan minyak Petronas sementara kita memiliki SPBU Pertamina yang juga pelayanannya sudah sangat standart. Para pengguna pesawat berlomba-lomba untuk mendapatkan tiket pesawat Air Asia hanya karena alasan ekonomis sementara masih banyak penerbangan local yang juga tidak kalah hebatnya jika dibandingkan perusahaan mereka. Disisi lain, pengusaha Indonesia masih juga menggunakan jasa CIMB Niaga dan BII dalam mengelola keuangannya sementara masih banyak bank BUMN yang siap dengan semua fasilitasnya bahkan cenderung lebih baik jika dibandingkan kedua bank tersebut. STOP!!! Ini semua harus dihentikan! Cobalah untuk melihat nasib bangsa ini kedepannya. Sifat menjadi Anak Negeri harus terus ditingkatkan. Nasionalisme dan fanatik kebangsaan harus dituangkan dengan sikap positif. Kita harus mampu lepas dari bayang-bayang perusahaan Malaysia jika ingin menjadi Negara besar. Untuk bisa menjadi Negara besar, perusahaan dalam negeri harus menjadi tuan rumah di negara sendiri.

Jika bangsa yang besar ini bisa lebih komit terhadap sikap nasionalisme maka sudah dipastikan Malaysia hanya bisa gigit jari, setidaknya kita bisa memberi pelajaran kepada mereka tentang artinya saling menghargai sehingga tidak akan terjadi lagi pelecehan terhadap marwah dan martabat bangsa ini. Semoga!*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar